Iron Jawed Angles adalah sebuah film besutan Katja Von Garnier yang berdasar pada kisah nyata di Amerika sekitar awal abad-20. Film ini menceritakan tentang upaya keras para perempuan Amerika untuk memperjuangkan kewarganegaraan mereka.
Bermula dari niatan dua aktivis muda Alice Paul dan Lucy Burns untuk merubah keadan perempuan Amerika pada masa itu. Mereka berdua telah mengambil dan menyelesaikan studinya di Inggris, kemudian mereka kembali ke Amerika untuk melangsungkan niat mereka memperjuangkan hak kaum perempuan.
Pada masa itu, perempuan tidak memiliki hak kewarganegaraan penuh sebagaimana laki-laki. Dengan begitu, mereka tidak memiliki Hak Pilih dalam ajang Pemilihan Umum (Pemilu). hal ini berdampak sangat besar bagi kehidupan mereka tentunya. Perempuan seakan-akan tidak dilihat sebagai subyek hukum, mereka tidak bisa melakukan tindakan2 umum secara mandiri.
Mengenai Hak Pilih, akibat yang berdampak pada mereka – disadari maupun tidak – mereka tidak mempunyai hak untun memilih perwakilan mereka di parlemen, tentu saja dengan begini berarti kepentingan dan kebutuhan mereka serta aspirasi perempuan secara umum tidak akan sampai ke parlemen. sehingga, tidak jarang, kebijakan2 pemerintah terasa tidak berpihak pada kepentingan perempuan.
Dalam aspek hukum, mereka juga terikat dengan berbagai macam peraturan (konstitusi) yabg bahkan mereka tidak ikut serta dalam proses pembuatan konstitusi tersebut. bisa dibayangkan bagaimana tertindasnya mereka dilihat dari segi HAM? Itu sama saja mereka dipaksa untuk mentaati peraturan yang tidak mereka sepakati.
Tetapi, ternyata tidak semua perempuan saat itu telah memiliki kesadaran yang sama. Maka, para aktivis menyadari bahwa penting sekali untuk meningkatkan kesadaran itu dulu.
Sebelum kedatangan Alice Paul dan Lusy Burns untuk memperjuangkan hak perempuan, di Amerika telah ada sebuah organisasi yang mewadahi kepentingan perempuan untuk memperjuangkan haknya ini, yaitu NAWSA (National Women Suffrage Association). yang dipimpin oleh Carrie Cat dan Anna Shaw.
Alice dan Lusy datang menemui Carrie dan Anna untuk menawarkan diri bergabung dgn NAWSA. Alice dan Lusy sebenarnya membawa misi gugatan “Amandemen Konstitusi” thd Presiden Amerika (Woodrow Wilson). mereka akan menuntut Amandemen konstitusi yang mengatur mengenai hak kewarganegaraan – agar perempuan juga bisa diberi hak pilih dalam pemilu berikutnya.
Misi ini awalnya diragukan oleh Carrie dan Anna, tetapi setelah Alice mengajukan konsepnya, akhirnya mereka menyetujui.
Langkah demi langkah mereka lakukan. Dan waktupun semakin mendekati masa Pemilu lagi. Jumlah anggota mereka telah bertambah, dan upaya pencerdasan dan peningkatan kesadarn pun telah dilangsungkan.
Tetapi karena kucuran dana yang mereka terima melebihi dana kas NAWSA, sehingga Alice dan Lusy (serta para anggotanya) mendapat tekanan dari pimpinan NAWSA sendiri. pada saat itu mereka pun juga masih bergabung dengan NAWSA. Lusy menyarankan pada Alice untuk memisahkan diri dari NAWSA, tetapi Alice tidak mau – dengan dasar bahwa ia tidak mau kaum perempuan sendiri mengalami perpecahan, terutama di mata publik.
Lusy mencoba meyakinkan Alice bahwa agenda yang telah mereka buat tidak akan berjalan mulus dengan adanya tekanan dari NAWSA. akhirnya Alice pun menyetujui untuk memisahkan diri dari NAWSA. Pergerakan mereka pun semakin maju, sedangkan NAWSA akhirnya menarik dukungannya dari mereka.
Berbagai macam rintangan mereka lalui, sampai pada akhirnya mereka harus menanggung akibat mendekam di penjara sebagai tahanan politik. berbagai penyiksaan dialami Alice dan teman2nya. tapi itu semua tidak mematahkan semangat mereka.
Akankah tuntutan mereka akhirnya dipenuhi oleh pemerintah? Ataukah segala penderitaan mereka berujung sebagai kesia-siaan belaka? saksikan sendiri film ini, kalian akan merasakan sensasi perjuangan kaum perempuan yang terbaik yang pernah saya lihat, lebih bagus di banding In The Times of The Butterfly (Salma Hayek). ini juga merupakan sebuah referensi film yang saya tujukan bagi mereka yang ingin mempelajari mengenai studi perempuan.
Selamat menonton………..
7 responses to “Iron Jawed Angels – Film”
Zheenaka
April 4th, 2010 pukul 08:10
film nie kren lo…
semuanya harus nonton yah..? hehehe 😛
arihaz
April 4th, 2010 pukul 08:44
iyaaa….. bener bangettzz………
flyegg
April 7th, 2010 pukul 04:14
referensi yang baik untuk perempuan-perempuan Indonesia agar tersadar bahwa selama ini hanya dijadikan “Objek”
gadisjeruk
Juni 14th, 2010 pukul 08:37
baru aja kemarin saya nonton filmnya,,
boleh saya kutip sebagian tulisannya untuk review?
arihaz
Juni 15th, 2010 pukul 13:34
boleh2 ja..asalkan ttp mencantumkan sumber yaa.. 🙂
ilur violet
Agustus 27th, 2010 pukul 07:15
aku share di fb ku yakk.. tar tanggal 1 september 2010 ayo kita bedah.. hehe
Sunaryo
Oktober 25th, 2012 pukul 00:59
Ternyata wanita tak selemah yg ku duga. Yg hanya bsa menangis.
1 Trackbacks / Pingbacks
2010 in review « Arihaz99's Blog Januari 2nd, 2011 pukul 14:24
[…] The busiest day of the year was November 30th with 85 views. The most popular post that day was Iron Jawed Angels – Film. […]