Posts tagged ‘puisi’

Sore Terakhir


oleh: Arihaz

Cahaya senja di sore terakhir ini
Membuatku mulai menyadari sesuatu
Bahwa esok… Ku tak lagi berada di sini
Dan lalu… Ku ingat segala yang telah berlalu

Hari demi hari.. dan minggu demi minggu
Ku jalani semua dengan penantian pasti
Saat tujuan itu akhirnya tercapai
Ku melangkah dengan tanggung jawab baru

Sore terakhir telah menggugahku
Melantangkan terima kasih dan rasa maaf
Membalas jasa tentu kami tak mampu
Hanya puisi ini yang dapat kami berikan…

(sebuah puisi yang kutulis dadakan dan hanya dlm waktu kurang dari 5 menit.. tapi membawa kesan di saat perpisahan itu..)

Agama dan Kebenaran untuk Mengenal-Nya


Ada orang yg ingin mencari agama, ia menjadi orang beragama…

Ada juga orang yg ingin mencari Tuhan, ia menjadi orang yg berTuhan…

Tapi ada orang yg ingin mencari Kebenaran, ia menjadi orang Bijaksana….

Tidak banyak manusia yang menyadari kebutuhannya untuk mencari kebenaran.
Tetapi banyak juga manusia yg sedang mencari Kebenaran itu malah mempertanyakan “apa itu kebenaran?”

Banyak manusia yang beragama.
Tapi tidak banyak yang menyadari bahwa agama adalah sarana, bukan tujuan.
Tidak banyak yang menyadari bahwa agama, yg mereka tunggangi, adalah sarana menuju-Nya. Menuju Kebenaran. Bukan tujuan akhir itu sendiri.

Banyak manusia yang kemudian mulai mempertanyakan.
Mereka bahkan menyatakan ketidakpercayaannya. Menolak-Nya.
Tidak banyak yang menyadari bahwa di sekitar mereka terpancar mata air yg tak pernah berhenti mengalir, tidakkah mereka mau meneguknya untuk menghilangkan rasa haus itu?

Banyak manusia yang telah menyadari, kebenaran… jauh mendekat kepada-Nya… menembus batas2 agama yang ada, dan melebihi apa yang tertulis di tumpukan kertas2 yg dijilid itu…

Tidakkah manusia boleh mempertanyakan? Tentu boleh.. Tanyakanlah…
Tidakkah manusia berhak merasakan keraguan? Tentu saja… Bagaimana bisa sebuah pikiran yang sehat dan rasional tidak memiliki keraguan? (Jeffrey Lang, 2008). Tidakkah agama itu memang untuk manusia yang berpikir?

Tidakkah kita pantas mencari keadilan dan kebijaksanaan.. ataukah hanya surga dan neraka saja yang menjadi iming2 penata moral?

Seseorang telah mengatakan kepada saya, bahwa kita dapat mengenali air dari rasa haus, perdamaian dari kisah perang, dan cinta dari kematian… (Emiliy Dickinson)

Lalu tidakkah sarana untuk “membaca” kebenaran itu ada dimana-mana?
Tetapi apa sebenarnya yang kita tuju.. bagaimana bila kita tidak pernah sampai? bagaimana bila kita tidak pernah mendapatkannya dan tidak pernah diharuskn mendapatkannya? Kitakah yang membutuhkannya? Untuk apa?

Kawan…
Hidup ini adalah perjalanan..
Yang kuyakin tentu akan ada ujungnya..

Sekumpulan sosok-sosok ideal yang diajarkan padaku tentang menjadi manusia yang baik.. tidak lagi bisa memuaskan keinginanku untuk tau…

Dr. Jeffrey Lang dan Prof. Ziaudin Sardar adalah dua manusia yang menurutku mempunyai pemikiran yang hebat.. Kerendah hatian yang membungkus keberanian mereka mengungkap dan mengupas.. segala hal yg patut dipertanyakan.. ajakan dan himbauan2 yang halus, tentu akan berguna bagi siapapun yg mau mengambilnya.. Kedua orang ini, dalam waktu dan tempat yg berbeda, telah menulis sebuah buku, yg masing2 telah sampai ke tanganku.. ide-ide mereka kini telah sampai ke benakku..

Dua orang yg berbeda ini, telah membantuku membuat sebuah kesimpulan-kesimpulan mengerikan, namun luar biasa… Kemudian aku menyadari, tentu aku bisa mendapatkan lebih banyak pengalaman luar biasa lagi, dari berbagai sumber2 lainnya.. maka aku terus mencari..

Sampailah pencarianku pada pertanyaan tentang..

Siapa aku?

Untuk apa aku ada di sini?

Apa itu keadilan Tuhan?

Apa itu kebijaksanaan?

Apa itu agama?

Apa itu Kebenaran?

dan berbagai macam pertanyaan-pertanyaan lainnya yg tentu saja akan kucari jawabannya.. Aku ingin mengenal-Nya.. Aku hanya memohon dua hal dari-Nya untuk saat ini.. yaitu..

“Kesempatan” dan “Kemampuan”

Duduk dan Berpikir Sendiri


    Duduk sendiri…

    Berpikir sendiri…

    Secangkir kopi tak lagi terlihat bersahabat

    Langit senjapun terasa semakin menyeramkan

    Kalimat-kalimat pertama yang terucap dalam benakku

    Tertuang begitu saja dalam tulisan itu

    Sekumpulan simbol dan bentuk

    Menyampaikan makna yang tak utuh

    Entah akan berujung dimana…

    Walau langit berubah warna…

    Pikiranku terbang bebas

    Melesat menembus batas

    tapi apalah daya

    tubuh ini tak mampu mengiringi…

Baca selengkapnya…

Panggilan di balik Tabir


Jiwaku sudah terasa bagai tercabik-cabik…

Potongan-potongan puzzle ini telah mulai menghilang…

Yang tak ku tau adalah…

Apakah susunan puzzle ini tadinya hanya tabir,

atau merekalah realita yang sebenarnya.

Susunan yang belum rampung ini…

tak lagi bisa kurampungkan tanpa bantuan-Mu.

Ataukah ini cara-Mu membantuku?

Aku hanya akan terus berjalan…

Melakkukan apa yang telah kumulai.

Sekalipun mungkin saja suatu saat

Aku akan terjebak sendiri di dalamnya.

Tapi ku mendengar panggilan itu..

Maka…

Ku hanya bisa berharap

Semoga ku sedang melakukan hal yang Benar…

‘Sang Pembuka’


Dengan namaMu, yang Maha segalanya

Puja dan puji untukMu, Tuan atas segalanya

Maha mengasihi, Maha menyayangi

Tuan atas Hari yang pasti datangnya

Hanya kepadamu kami berTuhan, dan hanya kepadamu kami memohon di atas segala ketidakmampuan

Tunjukkanlah jalan yang Kau sediakan bagi orang-orang yang telah menerima nikmatMu

Bukan jalan mereka yang menyombong diri dan membangkang padaMu, sedang mereka mengetahui

Bukan pula jalan mereka yang terjebak dalam kebodohan, yang menyatakanMu beranak manusia.

Mereka adalah orang-orang yang terlaknat dan tersesat.

Maha suci Engkau dari apa yang mereka nisbatkan kepadaMu.